Budaya instan kerap kali menjadikan hal dan segala sesuatu menjadi lebih mementingkan hasil dari pada prosea itu sendiri. Maraknya perkembangan teknologi saat ini memang sangat berpengaruh menciptakan budaya inatan itu sendiri. Pada dasarnya ini ditandai dengan pemikiran seseorang untuk mendapatkan segala hal dengan cara instan.

Saya sendiri mengalami hal ini tanpa sadar. Terkadang kesabaran adalah harga mahal yang harus dicapai dan menjadi sebuah tolak ukur sebuah kesabaran. Orang yang tidak sabar akan menghasilkan segala hal dengan hasil yang seadanya dan terkesan serampangan. Baik ini masalah waktu tentang sebuah pendewasaan.

Kemajuan teknologi yang mampu memanipulasi ruang dan waktu mendidik anak-anak atau generasi saat ini serba cepat. Maka mau tidak mau memang harus bersaing dengan waktu. Dengan adanya teknologi kita dapat menyingkat waktu seperti halnya mengirimkan pesan dan bertatap muka. Jaman dahulu orang harus rela untuk menunggu surat yang ditulisnya berhari-hari sampai pada penerima maka hasilnya kesabaran. Mungkin contog di atas kurang mewakili apa yang menjadi persoalan tentang budaya instan.

Budaya instan hadir dengan adanya teknologi saat ini, hal tersebut karena banyak semua yang ditawarkan oleh teknologi saat ini harus serba cepat. Wajar saja bila anak saat ini menjadi tidak bisa mengendalikan diri untuk lebih sabar dalam menghadapi tekanan atau kondisi tertentu. Merka didik dengan semua kemudahan teknologi yang serba praktis.

Lalu bagaimana kita mengatasi dan mengendalikan rasa dan budaya instan pada diri kita. Memang sulit untuk bersaing dengan kebanyakan orang yang selalu mementikan hasil yang lebih cepat. Tidak semua hal dapat berjalan dengan waktu yang benar-benar dapat di percepat dan instan. Ada keadaan yang membutuhkan usaha dan waktu untuk mendapatkan hasil yang sepadan.

Baik diri kita atau orang lain akan cepat cemas bila tanpa gadget atau internet. Ini menandakan sebuah keaadaan dimana kita sudah mulai sulit mengendalikan diri dengan namanya teknologi. Pada dasarnya keadaan ini mau tidak mau menunjukan bahwa proses informasi yang serba cepat dapat menjadi bukti kita tidak dapat mengontrol diri kita sendiri.

Kita akan cenderung lebih senang dengan informasi dan komunikasi yang serba cepat. Dasar inilah yang membuktikan bahwa kecepatan perkembangan teknologi memang menjadi penentu terciptanya budaya instan.

Pemikiran kurang realistis akan hadir karena kecepatan dan kemudahan teknologi yang dihadirkan. Seseorang akan melakukan segara hal untuk mendapatkan sesuatu tanpa melalui prosea itu sendiri. Berprosea adalah bukti bahwa kita adalah manusia. Adaptasi dan pengandalian diri menjadikan kita manusia.

Lantas apa yang dapat kita petik adalah proses menjadikan kita lebih dewasa dan menghargai segala hal. Budaya instan memang dapat dipraktikan untuk hal-hal yang sifatnya kinerja. Namun tetap saja kita harua kembali sadar dengan hal-hal yang realistis beberapa waktu yang dapat saya habiskan untuk pekerjaan itu, menjadi realistis adalah cara yang membuat kita akan sadar dengan apa yang akan kita lakukan.

Bacaan lebih lanjut : budaya instan